Ngiklan Gratis di Tenda Tolak Semen

Penolakan terhadap pembangunan pabrik Semen Indonesia di Rembang tak habisnya mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan menarik yang tidak mampu dijawab. Setelah munculnya nama-nama palsu dalam dokumen bukti tambahan di gugatan Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung (MA), seperti Ultramen, Power Ranger, copet terminal, Presiden RI 2025, Menteri bahkan nama-nama bayi dan balita dicatut dalam dokumen tersebut. Kini muncul fakta tentang berdirinya tenda perjuangan yang berhari-hari ‘nangkring’ depan Gubernuran, Jawa Tengah.

Tenda perjuangan merupakan simbol yang mempunyai nilai jual. Pertama, menjadi magnet bagi orang awam yang tidak mengerti betul duduk permasalahannya. Kecenderungan masyarakat Indonesia yang tidak mau mencari tahu, dimanfaatkan betul oleh Gunretno dan Joko Print lewat tenda perjuangan yang disimbolkan sebagai simbol kaum marjinal. Sejarah mencatat, siapa yang membela kaum marjinal dianggap telah memperjuangkan kebenaran. Seolah-olah dia dewa ditengah kaum papa. Dianggap punya nurani. Jangan terkecoh, kepedulian mereka hanya terbatas dimedsos, di facebook, instagram sambil foto-foto dengan tagar ‘Peduli Petani’, ‘Peduli Bumi’, semua itu hanya aksi kata-kata bukan aksi nyata.

Kedua, apa ada yang berani mengungkapkan aliran dana aksi-aksi mereka. Mulai saja dari demo ngecor kaki di Istana Negara April 2016 lalu, longmarch Rembang-Semarang, aksi-aksi teatrikal, mondar-mandirnya Gunretno dan Joko Print sowan ke tokoh-tokoh nasional di Jakarta, sampai pendirian tenda perjuangan yang berhari-hari. Petani yang patungan? Satu hal, aliran dana yang masuk jelas tidak membutuhkan laporan pertanggungjawaban dan tidak akan disentuh KPK.

Ketiga, tenda perjuangan menjadi iklan untuk menarik minat LSM asing mendanai. Disepakatilah kepentingan-kepentingan yang ada dibaliknya, makin menjadi-jadilah LSM asing gembosi kedaulatan RI. Keempat, tenda perjuangan jadi ladang artis dadakan. Bahkan bukan cuma artis dadakan, artis-asrtis ibu kota juga ngikut iklan di tenda perjuangan.

Kelima, faktanya ibu-ibu yang berhari-hari di tenda perjuangan bukan sukarela memperjuangkan haknya seperti yang diberitakan di media, mereka dibayar untuk berpanas-panasan pegang payung pakai caping, berbaju kartini. Silahkan cek!

Yang terakhir, ada upaya penggembosan opini terhadap PT Semen Indonesia. Tenda perjuangan akan menaikan bergaining penolak oleh dukungan dadakan orang awam selain itu menjadi lahan penyebaran opini palsu. Fakta dilapangan warga dicocoki informasi bahwa PT Semen Indonesia bukanlah perusahaan BUMN namun perusahaan asing.

Dari itu semua, gerakan penolakan terhadap Semen Rembang merupakan gerakan masif yang terstruktur ada kekuatan besar dibaik layar yang punya power yang mengendalikan kemana arah penolakan mesti berlabuh. Isu apa yang mesti digulirkan, kemana saja menarik dukungan, bagaimana sebuah demo bisa berjalan dengan meraih simpati, dan termasuk darimana aliran dana untuk membiayai semua aksi mereka. Jangan heran, 2 tahun berdirinya tenda perjuangan, semua cuma dodolan.


Leave a comment