Yang Menolak Pabrik Semen Bukan Warga Rembang, tapi Pati

Jakarta (beritajatim.com)–Puluhan warga Rembang, Jawa Tengah, melakukan unjuk rasa di depan kantor Mahkamah Agung (MA), di Jakarta, Kamis (27/10/2016). Mereka menuntut agar pembangunan pabrik milik PT Semen Indonesia tetap diteruskan walaupun MA telah mengabulkan gugatan izin lingkungannya.

Menurut salah seorang tokoh masyarakat Rembang yang ikut dalam unjuk rasa, Farouk Ferdian, bila pabrik Semen Indonesia dihentikan operasionalnya, maka berdampak banyaknya warga di lingkungan sekitar, terutama yang berada di ring 1, bakal kehilangan pekerjaan.

Dia mengungkapkan, kini diperkirakan ada sekitar 1000 masyarakat Rembang di ring 1 yang dapat bekerja sejak dibangunnya pabrik Semen Indonesia.

Daerah yang berada di ring 1 mencakup antara lain Desa Tegaldowo, Timbrangan, Pasucen, Kajar dan Kadiwono. Daerah ring 1 merupakan areal terdekat dengan pembangunan pabrik Semen Indonesia.

Farouk mengatakan, kalaupun ada penolakan terhadap pembangunan pabrik Semen Indonesia, mayoritas justru bukan dari masyarakat Rembang asli. Farouk menyatakan, masyarakat penolak pabrik Semen Indonesia merupakan warga Kabupaten Pati.

“Warga Rembang asli yang kontra pembangunan pabrik Semen Indonesia tidak lebih dari 5%, sisanya warga Pati,” tutur dia sebagaimana pers rilis Forum Warga Rembang Bangkit.

Menurut Farouk, para warga diprovokasi LSM dan JPMK agar menolak pembangunan pabrik Semen Indonesia. Farouk menyebutkan, tokoh di belakang yang memotori terjadinya penolakan bernama Gunretno.

“Dia itu (Gunretno) adalalah warga Pati,” ucap Farouk.

Terkait pabrik Semen Indonesia, Farouk mengungkapkan, sebelumnya telah dilakukan sosialisasi menyangkut rencana pembangunan pabrik ke masyarakat, sehingga tak ada alasan bila warga Rembang belum mengetahui.

“Sebelum ada pabrik Semen Indonesia, UMR di Rembang hanya sekitar Rp 600 ribu. Namun sejak ada pabrik Semen Indonesia, diperkirakan bisa mencapai Rp 2-3 juta,” tegas Farouk.

>> Sumber <<


Leave a comment